Kamis, 22 Juli 2010

renungan hati

“Surat Dari Surga”

Mama tersayang…………
Saat ini aku ada di surga ma… dan aku sedang berada dalam pelukan Tuhan. Dia begitu mencintaiku dan sekarang Dia sedang menangis bersamaku, untuk hatiku yang telah hancur. Sebenarnya aku ingin menjadi gadis kecilmu, namun sampai sekarang, aku tidak pernah mengerti apa yang telah aku alami. Dulu aku begitu bahagia ketika aku sadar akan keberadaanku. Saat itu aku ada dalam gelap namun hangat. Aku melihat jari tanganku dan tampaknya aku begitu cantik sejauh aku berkembang………

Bahkan di hari-hari awlklu. Aku merasa ada ikatan yang istimewa antara mama dan aku. Mama, kadang aku mendengar mama menangis dan aku menangis bersamamu. Pernah kudengar mama menjerit dan berteriak, kemudian menangis. Aku juga mendengar, mungkin itu suara ayahku, yang juga berteriak dengan keras. Aku takut sekali dan aku sangat berharap semoga semuanya segera berakhir dengan baik-baik saja.

Sampai suatu hari, mama hamper menangis seharian. Aku ikut sedih. Tak dapat kubayangkan mengapa mama begitu tidak bahagia. Tapi hari itu juga, peristiwa yang menakutkan terjadi. Ada monster jahat yang datang ke tempat dimana aku tinggal. Aku kira mama membiarkannya begitu saja karena mama tidak pernah mencoba untuk menolangku. Monster itu datang mendekat dan semakin terus mendekat dan aku terus menjerit dan menjerit sekuat tenagaku, “Mama … mama, tolong aku ma… tolong aku ma…”. Aku terus menjerit karena sakit sekali rasanya. Betapa aku memohon untuk dihentikanitu semua. Tapi itu tak pernah tejadi. Aku menjerit sangat keras ketika aku merasa kakiku mulai putus dan kemudian tanganku dan kemudian……

Walaupun aku dalam kesakitan, aku sadar bahwa sedang sekarat, mati atas kesakitan yang sangat. Aku hanya membayangkan hal yang sama juga mereka lakukan pada mama.

Aku hanya mau bilang kalau aku saying mama sebelum aku pergi, cuma aku tidak pernah tau kata apa yang bisa membuat mama mengerti. Tapi aku tak akan pernah bisa mengucapkan itu semua, aku sudah meninggal.

Mama, setelah itu aku terbang bersama bidadari cantik. Dibawanya aku ke suatu tempat yang indah. Aku masih menangis tapi semua kesakitan itu sudah lenyap. Aku bahagia sekali di sini. Tapi kadang akupun ingin tinggal bersama mama. Aku berusaha keras untuk hidup. Aku ingin hidup, mama. Aku punya keinginan, tapi aku tak bisa.

Mama… aku sayang mama dan aku harap mama tidak lagi merasakan kesakitan yang aku rasakan.


Dengan penuh cinta,
Dari anakmu yang tak pernah terlahirkan

Sebuah renungan dalam suatu misa kaum muda di Gereja Antonius Kotabaru

Tidak ada komentar: